Setiap tahun lebih dari 66 ribu sarjana baru tidak terserap dunia kerja alias nganggur. Selain belum terbukanya akses lapangan kerja yang luas, sistem pembelajaran di kampus menuai sorotan.
Pembelajaran di kampus dinilai masih bersifat hard skill. Berbagai kalangan meminta perguruan tinggi meningkatkan pengembangan soft skill mahasiswanya.
Data jumlah sarjana yang tidak terserap dalam pasar kerja itu diungkap portal pencari kerja JobsDB. Sejumlah kalangan akademisi yang menjadi jaringan Djarum Beasiswa Plus berkumpul dalam seminar pendidikan di Semarang kemarin. Merka saling mengeluarkan gagasan supaya sarjana atau lulusan perguruan tinggi cepat terserap dunia kerja.
Programmer Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation Primadi H. Serad mengatakan, pembinaan mahasiswa perlu diarahkan juga ke pematangan soft skill.
"Kemampuan akademik perlu, tetapi juga harus dibekali soft skill," katanya. Menurutnya kebutuhan pertama dunia kerja saat ini adalah pencari kerja yang memiliki pengalaman berorganisasi, komitmen, dan proaktif.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan, pemerintah berharap menghapus potensi sarjana yang menjadi pengangguran itu. Selain mengandalkan lapangan kerja, sarjana juga diharapkan bisa membuka usaha sendiri. "Lapangan kerja terbatas, jadi kampus jangan hanya mencetan sarjana jobseeker," ujarnya.
Mantan rektor Universitas Andalas Padang itu menjelaskan, gejala mulai banyak sarjana yang tidak berorientasi jobseeker mulai tumbuh di Jakarta dan Bandung. Dia mengaku salut dengan semangat para sarjana di kawasan itu yang berusaha membuka usaha serta lapangan kerja baru.
Musliar mengatakan, penciptaan sarjana yang mudah terserap dunia kerja atau yang menjadi pengusaha membutuhkan pendidikan soft skill. Dia mengatakan bahwa kesuksesan sarjana 80 persen ditentukan oleh soft skill. Sisanya sebanyak 20 persen ditentukan oleh hard skill.
Dia mengatakan kemampuan soft skill seperti manajerial, komunikasi, kepemimpinan, dan jiwa pantang menyerah.
Menurut Musliar, kemampuan akademik para sarjana juga tetap diperlukan. Diantaranya digunakan sebagai kunci masuk ke dunia kerja. Musliar mengatakan mahasiswa dibebaskan untuk mengikuti organisasi internal maupun eksternal kampus.
Dia menegaskan, menghapus potensi pengangguran terdidik tidak bisa mengandalkan peluang atau kapangan kerja yang ada. Tetapi setiap mahasiswa juga didorong untuk bisa menjadi pengusaha dan membuka lapangan kerja baru.