Dari tahun ke tahun, banyak anak muda Indonesia menjuarai ajang olimpiade matematika dan sains tingkat dunia. Ini menunjukkan bahwa keenceran otak siswa Indonesia tidak kalah dengan negara lain.
Tetapi hasil pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 yang dirilis Organisation for Economic Co-operation & Development (OECD) dan Unesco Institute for Statistics berkata sebaliknya. Data tahun ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematika siswa Indonesia masih sangat rendah. Indonesia hanya menempati posisi ke-64 dari 65 negara peserta pemeringkatan.
Menurut Presiden Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI) Drs. Firman Syah Noor, M.Pd. data PISA tersebut dapat menjadi gambaran tentang "kepintaran" anak muda di suatu negara. PISA menempatkan literasi matematika sebagai indeks utama pemeringkatan.
Literasi matematika menunjukkan kemampuan siswa dalam memahami dan menggunakan konsep-konsep matematika yang diajarkan di kelas untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sehari-hari. Indeks penyerta lainnya adalah literasi membaca dan literasi sains.
Diakui Firman, meski nyaris menjadi juru kunci dalam pemeringkatan, ada sekelompok siswa Indonesia yang menunjukkan kemampuan tinggi dalam literasi matematika. Mereka inilah yang menjadi juara dalam berbagai olimpiade matematika dan sains.
"Memang ada anak-anak pintar seperti di olimpiade sains, tetapi jumlahnya hanya sedikit. Ini bukan gambaran keberhasilan pendidikan Indonesia," ujar Firman, ketika berbincang dengan Okezone, Jumat (6/12/2013).
Penyebab rendahnya indeks literasi matematika di kalangan anak muda ini, kata Firman, adalah karena sifat pendidikan matematika di Indonesia yang prosedural. Artinya, siswa hanya diajarkan untuk menghafal rumus dan mengerti cara menggunakannya. Padahal, pendidikan matematika seharusnya melatih siswa berpikir kritis, analitis dan bernalar.
"Kurikulum pendidikan matematika yang ditetapkan pemerintah memang bukan dirancang untuk mendidik siswa memiliki high order thinking skill (HOTS). Konsep ini mendidik siswa untuk mampu memecahkan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif," imbuhnya.