Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit yang mengancam kesehatan manusia. Di dunia, penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk dari genus Aedes ini dilaporkan mencapai 925.896 kasus setiap tahunnya.
Sementara di Indonesia, kasus DBD tercatat sebesar 160.000 atau sekitar 15-30 persen dari total kasus di seluruh dunia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2012, tercatat ada 90.245 kasus DBD dengan 816 kematian. Sementara itu prevalensi kasus 53,12 persen pada pria dan 46,9 persen pada wanita.
Untuk mencegah peningkatan penyebaran nyamuk Aedes, pemerintah pun melakukan tindakan pengasapan atau fogging. Namun, ironisnya jumlah kasus DBD tak menurun bahkan terus mengalami peningkatan.
"Meningkatnya permintaan untuk pengasapan di masyarakat membuat pihak Puskesmas mengurangi dosis insektisida (obat untuk pengasapan). Hasilnya proses fogging tak berjalan maksimal," ujar Kepala Riset Pusat Penelitian Perubahan Iklim Universitas Indonesia, Dr. Budi Haryanto, saat ditemui di Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan.
Bukan hanya itu, kondisi ini juga dipengaruhi karena kurangnya edukasi di lingkungan masyarakat seputar prosedur pengasapan. Menurut Budi ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan agar pengasapan efektif membasmi nyamuk. Berikut langkah-langkah tersebut.
- Melindungi makanan, minuman, serta peralatan yang kontak langsung dengan mulut. Meski bahan kimia pada pengasapan tak berpengaruh pada manusia, ada baiknya untuk menghindari.
- Menutup semua jendela agar proses pengasapan berjalan maksimal. Setelah di-fogging, jangan segera membuka pintu atau jendela. Tutup pintu dan diamkan selama 30 sampai satu jam hingga asap benar-benar terpencar ke sudut rumah dan nyamuk mati.
- Melakukan proses sederhana sebagai pencegahan dini, yakni dengan 3M - menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, serta mengubur barang-barang bekas-. Ini untuk mengurangi perkembangan jentik nyamuk yang akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa.