Saat ini banyak sekolah yang menggunakan metode Montessori. Sebanyak 20.000 sekolah di seluruh dunia telah mempraktikkan metode pendidikan ini, yang dimulai dari bayi baru lahir hingga anak berusia 18 tahun.
Konsultan Montessori, Agustina Prasetyo Magini memaparkan, pendidikan Montessori mulai dikembangkan oleh seorang praktisi pendidikan berkebangsaan Italia, bernama Maria Montessori sejak 1987 di Universitas Roma. Ia mulai kelas pertamanya untuk 50 anak berusia 3 - 6 tahun di daerah kumuh Roma pada 1907.
”Saat itu ia melakukan berbagai observasi dan eksperimen pada anak dengan lingkungan, material, dan pelajaran yang tersedia. Pendidikan yang dibawa Montessori mulai merambah Amerika Serikat pada 1911 dan terkenal di seluruh dunia,” kata Agustina saat seminar bertajuk ”Sumbangan Montessori untuk Pendidikan Indonesia” di SMK Mataram, akhir pekan lalu. Walaupun ada beberapa kritik mengenai sistem ini, Montessori mengembangkan model ini berdasarkan perkembangan psikologi anak dan pendidikan anak usia 0 - 3, 3 - 6 dan 6 - 12 tahun.
Adapun beberapa elemen penting di dalamnya berdasarkan Association Montessori Internationale (AMI) dan American Montessori Society (AMS) menyatakan bahwa, kelas terdiri atas berbagai umur. Yaitu, kelas dengan anak usia 2,5 atau 3 - 6 tahun, juga kelas 6 - 12 dan 12 - 18 tahun.
Murid memilih sendiri aktivitas sesuai pilihan yang disediakan, adanya kebebasan waktu, murid bekerja menggunakan material bukan perintah langsung. Dilatih Mandiri Agustina yang juga menulis buku berjudul Sejarah Pendekatan Montessori ini menambahkan, beberapa kelebihan pendidikan Montessori, di antaranya anak dilatih untuk mandiri, lebih memahami konsep pelajaran dengan menggunakan sensorial materials (dapat disentuh), misalnya belajar huruf alphabet. Selain itu, anak bebas memilih aktivitas yang diminati serta melatih konsentrasi anak.
”Anak dapat belajar bahasa, matematika, budaya dengan menggunakan cara yang lebih menarik, sehingga bisa mengoptimalkan perkembangan kognitif anak,” kata wanita yang menyelesaikan master Montessorian Pedagogy and Metodology dari Universitas Roma ini. Ketua Yayasan Pendidikan Mataram, Cindy Bachtiar berharap agar pendidikan Montessori bisa diterapkan di sejumlah sekolah di Indonesia, termasuk di SMK Mataram.
Menurutnya, komponen terpenting dalam sistem pendidikan adalah guru dan orang tua. Karena itu, kami ingin memberdayakan, melatih, dan menjadikan para guru di Indonesia menjadi terampil dan memahami metode Montessori dengan baik.